KOES PLUS
Dari Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Koes
Plus adalah grup musik
Indonesia
yang dibentuk pada tahun 1969 sebagai kelanjutan dari grup Koes Bersaudara. Grup
musik yang terkenal pada dasawarsa 1970-an ini
sering dianggap sebagai pelopor musik pop dan rock 'n roll di Indonesia. Sampai sekarang, grup
musik ini kadang masih tampil di pentas musik membawakan lagu-lagu lama mereka,
walaupun hanya tinggal Yon yang aktif.
Lagu-lagu
mereka banyak dibawakan oleh pemusik lain dengan aransemen baru. Sebagai contoh, Lex's Trio
membuat album yang khusus menyanyikan ulang lagu-lagu Koes Plus, Cintamu
T'lah Berlalu yang dinyanyikan ulang oleh Chrisye, serta Manis
dan Sayang yang dibawakan oleh Kahitna.
Anggota grup
Koes Plus
Bersaudara
Koes Bersaudara 1960 -1963
- John Koeswoyo - (Koesdjono) : Bass Betot
- Tonny Koeswoyo - (Koestono) : lead Guitar
- Yon Koeswoyo - (Koesjono) : Vokal, Rhythm Guitar
- Yok Koeswoyo - (Koesrojo) : Vokal, Bass Guitar
- Nomo Koeswoyo - (Koesnomo) : Drum
Koes
Bersaudara 1963 - 1968, 1977, 1986 - 1987
- Tonny Koeswoyo : Lead Guitar, vokal
- Yon Koeswoyo : Rhythm Guitar, vokal
- Yok Koeswoyo : Bass Guitar, Vokal
- Nomo Koeswoyo : Drum, Vokal
Album
Keroncong Pop
Koes Plus 1969 - 1987
- Tonny Koeswoyo : Lead Guitar, Keyboard , vokal
- Yon Koeswoyo : Rhythm Guitar , vokal
- Yok Koeswoyo : Bass Guitar , Vokal
- Murry - (Kasmurry) : Drum , Vokal
Koes
Plus saat ini
- Yon Koeswoyo : Rhythm Guitar, Vokal
- Danang : Lead Guitar, Vokal
- Sony : Bass, Backing Vokal
- Seno : Drum
Perjalanan karier
Kelompok
ini dibentuk pada tahun 1969,
sebagai kelanjutan dari kelompok “Koes Bersaudara”. Grup yang berasal dari
Kelurahan Sendangharjo, Tuban, Jawa Timur ini merupakan alumnus SMK Negeri 1 Tuban dan
pada akhirnya menjadi pelopor musik pop dan rock 'n roll, bahkan pernah dipenjara karena
musiknya yang dianggap mewakili aliran politik
kapitalis. Di saat itu sedang garang-garangnya gerakan anti kapitalis di Indonesia.
1. TONY
KOESWOYO
Tony Koeswoyo (lahir di Tuban, Jawa Timur, 19 Januari
1936 – meninggal
di Jakarta, 27 Maret 1987 pada umur 51
tahun) atau Koestono Koeswoyo adalah pimpinan dari group Koes Plus.
Tony dapat memainkan tiga alat musik yaitu piano, gitar dan keyboard. Ia
juga menciptakan lirik yag indah serta penuh makna dengan gaya bahasa yang
sederhana namun penuh arti. Chrisye yang menyanyikan lagu ciptaan Tony
koeswoyo "Cintamu tlah Berlalu" dalam salah satu albumnya mengatakan
lirik yang dibuat Tony Koeswoyo sangat dalam dan puitis.Karier
Tahun 1962 dia mendirikan Koes Bersaudara yang anggota anggotanya adalah kakak dan adik adiknya putra Koeswoyo yaitu John Koeswoyo, Tony Koeswoyo, Yon Koeswoyo, Yok Koeswoyo dan Nomo Koeswoyo.Di awal tahun 1960-an group musik di Indonesia umumnya lebih bangga menyanyikan lagu asing, namun Koes bersaudara merupakan pelopor mencipta dan merekam lagu berbahasa Indonesia. Atas permintaan penonton ketika Koes Bersaudara manggung, mereka "terpaksa" membawakan lagu lagu The Beatles, Kalin Twin dan Everly Brothers yang ujung ujungnya dituduh Bung Karno sebagai penyebar Musik Ngak Ngik Ngok tak berbudaya Indonesia. Oleh karenanya mereka mendekam di Bui tanpa proses pengadilan selama 3 bulan. Sekeluar dari bui, situasi dalam penjara dipotret melalui lagu lagu Koes Bersaudara berikutnya.
Di tengah situasi ekonomi sulit, Nomo Koeswoyo mengundurkan diri. Keadaan ekonomi Tony Koeswoyo pun menurun hingga menjual radio satu satu miliknya untuk membeli becak guna menyambung nyawa. Tetapi berusaha keras eksis di bidang musik dengan merekrut Murry atau Kasmuri membentuk group musik yang diberi nama sementara FREE AND PEACE, sebelum kemudian terinspirasi dengan APC PLUS dan Koes Plus-lah nama yang dipilih untuk nama Group yang terdiri dari Tony, Yon, Yok, dan Murry. Maestro musik yang bernama asli KOESTONO ini seperti mendapat energi baru dengan masuknya Murry, sehingga kreatifitasnya tidak terbendung dengan menampilkan irama musik yang lebih bervariasi.
Walau mula mula Koes Bersaudara dan Koes Plus berkiblat musik barat, tetapi suatu waktu Tony Koeswoyo berseru agar musisi Indonesia jangan segan menggali kekayaan seni Musik Tradisional Indonesia. Dan dia benar benar berhasil membuktikan dengan keberhasilannya meramu musiknya dengan warna lokal / tradisional Indonesia. Hingga hari ini belum kita temukan musisi sekonsitensi dia dalam beridealisme. Hal ini dibuktikan dengan sejumlah album Pop Indonesia, Pop Jawa, Pop Melayu, Pop Keroncong, kemudian "diversifikasi" menjadi Album Anak-anak, Natal, Qosidah, Another Song for You (bahasa Inggris), Album In Hard Beat, Folksong.
Dengan berbekal bacaan filsafat yang bersumber dari Al Qur'an, Injil, Gitanjali, Bhagawad Gita, Vivekananda, dan lain sebagainya, menyebabkan lirik lagu yang dia ciptaan memiliki bobot.
Tidak hanya tema cinta yang diusung oleh Tony Koeswoyo, tetapi merambah pada tema Ke-Tuhan-an, tema Nasionalisme, Keindahan Alam, dan lain-lain.
Walaupun pada waktu itu sempat menimbulkan pendapat miring bagi pengamat musik, konsep mencipta lagu yang berlirik sederhana, dan easy listening, menjadikan lagu Koes Bersaudara dan Koes Plus bertahan hingga 3 dasawarsa tidak mustahil menjadi "lagu rakyat" sepanjang masa. Intensitas bermusik yang tinggi menyebabkan raganya "terlupakan", sehingga pada tanggal 27 Maret 1987 penyakit kanker usus mengakhiri hidupnya. Tony Koeswoyo tutup usia di Jakarta pada umur 51 tahun.
2. YON
KOESWOYO
Yon Koeswoyo (lahir di Tuban, Jawa Timur, 27
September 1940;
umur 72 tahun) adalah anggota band legendaris Indonesia, Koes Plus yang sebelumnya bernama Koes
Bersaudara.Nama aslinya adalah Koesyono. Yon bermusik sejak tahun 1960 hingga sekarang dan masih aktif di pentas-pentas musik nostalgia bersama Koes Plus formasi terakhir. Pendidikan terakhir Universitas Res Publica. Pernah ditahan selama tiga bulan di penjara Glodok oleh rezim Soekarno. Dimasukkan satu sel bersama saudara-saudaranya, Tony, Nomo, dan Yok karena dianggap memainkan musik yang tidak mencerminkan bangsa Indonesia pada tahun 1965.
Yon
merupakan satu-satunya anggota keluarga Koeswoyo yang sampai hari ini masih
aktif bernyanyi dengan membawa nama Koes Plus. Sepeninggal Tony Koeswoyo pada
tahun 1987, Koes Plus sebagai grup musik praktis menyurut. Sejak itu Yon hidup
dengan usaha jual-beli mobil. Dia juga mendapat penghasilan dari menyewakan
rumah.
Tahun1993
menjadi kebangkitan bagi Koes Plus. Saat itu Koes Plus tampil dengan formasi
Yon, Yok, Murry, plus personel pendukung yang berganti-ganti dari waktu ke
waktu. Yok bergabung untuk beberapa waktu sebelum kemudian mundur. Koes Plus
terus bernyanyi digawangi Yon dan Murry plus dua pemain lain. Koes Plus yang
jaya pada era 1970-an, pada medio 1990-an bermain di kafe sebagai band yang
dinikmati sebagai grup nostalgia. Akan tetapi, diakui Yon, penampilan Koes Plus
versi nostalgia itu menambah penghasilan yang berarti. Betapa tidak. Yon pada
pertengahan 1990-an hidup pas-pasan. Ketika istrinya melahirkan, Yon tidak
mempunyai uang sama sekali. “Untuk membayar rumah sakit bersalin sebesar satu
setengah juta rupiah aku harus meminjam uang,” cerita Yon.
Sampai
hari ini Koes Plus masih bertahan dengan Yon Koeswoyo sebagai satu-satunya
personel asli. Yon tampil dengan pemain muda yang berusia sekitar 25 tahun.
Rasa Koes Plus masih terasa karena kebetulan suara Yon menjadi salah satu
unsur pembangun karakter Koes Plus. Dalam Koes Plus, suara Yon memang dominan
meski Yok, Tony, dan bahkan Murry juga tampil sebagai penyanyi. Sekadar
contoh, lagu Kolam Susu dilantunkan
suara Yok. Suara Tony terdengar lewat Keroncong Pertemuan. Vokal Yon
mendominasi pada sebagian besar lagu kondang Koes Plus seperti Kembali Ke Jakarta, Kisah Sedih di Hari
Minggu, Diana, atau juga Hidup Yang Sepi.
|
Kini,
selain tampil dalam format Koes Plus, Yon juga tampil sebagai penyanyi tunggal
lewat album Hanya Mimpi. Usia Yon kini 64 tahun, tetapi penampilannya terkesan
jauh lebih muda. Kata Yon, itu karena terbawa penampilan sang istri, Bonita,
yang masih muda. “Tetapi, yang penting saya tidak pernah berpikiran bahwa saya
sudah tua,” kata Yon yang ditemui di rumahnya yang luas dan teduh di kawasan
Pamulang, Tangerang, Banten. Di rumah kebun seluas 2.500 meter persegi itu Yon
setiap hari menyapu dan memotong rumput. Itulah yang konon membuat saraf dan
ototnya bergerak dan hidup. Dia menjalani hidup dengan rasa syukur dan
optimistis
Yon
tidak terjebak pada sindroma kejayaan Koes Bersaudara atau Koes Plus. Sikap
itulah yang menurut Yon membuat dirinya ayem. Yon juga tidak meratapi nasib,
misalnya tentang lagu-lagu ciptaan Koes Plus yang jika diukur dari royalti
seharusnya memberi kesejahteraan para penciptanya. Dia memilih mengambil
hikmah. Yang penting baginya lagu-lagu Koes Plus menghibur rakyat, meski
penciptanya tidak mendapat penghargaan layak secara ekonomi. “Saya yakin,
seyakin-yakinnya, kalau lagu-lagu itu memang milik kami, maka walau
diapa-apain, suatu saat nanti pasti akan kembali menjadi milik kami,” kata Yon
optimistis seperti lagunya.
Ia
pun berjanji, akan tetap menyanyi dan berkarya sampai ajal menjemputnya. “Saya
tidak pernah berpikir bahwa saya sudah tua,” kata seniman yang kini mulai
menggeluti dunia lukis itu.
3. YOK
KOESWOYO
Yok Koeswoyo (lahir di Tuban, Jawa Timur, 3 September
1944; umur 68 tahun)
merupakan salah satu anggota grup band Koes Plus.
Yok merupakan pemain bas sekaligus backing vokal mendampingi suara Yon.
Suara Yok sangat tinggi ini terbukti pada lagu - lagunya serta sangat sedih
pada lagu MARIA. Maria adalah istri Yok yang meninggal karena kecelakaan pada
saat mendampingi Yok menyelesaikan album bersama Koes Plus.
4. NOMO
KOESWOYO
Koesnomo Koeswoyo (lahir di Tuban, Jawa Timur,
21 Januari
1939; umur 73 tahun)
adalah salah satu musikus
Indonesia
dari grup Koes Bersaudara. Ia adalah drummer grup tersebut.Nomo yang lebih menonjol sebagai pengusaha, juga meraih sejumlah sukses. Musik dan bisnis membawanya berhasil mengorbitkan putrinya sendiri, Chicha Koeswoyo, pada tahun 1975 dengan lagu Heli.
Era Orde Lama
Pada
Kamis 1 Juli 1965, sepasukan tentara
dari Komando Operasi Tertinggi (KOTI) menangkap kakak beradik Tony, Yon, dan
Yok Koeswoyo dan mengurung mereka di penjara
Glodok, kemudian Nomo Koeswoyo atas kesadaran sendiri, datang menyusul,
perlu dicatat Nomo Koeswoyo senang sekali berkelana ke banyak daerah. Adik Alm Tony
Koeswoyo itu rupanya memilih "mangan ora mangan kumpul" ketimbang
berpisah dari saudara-saudara tercinta. Adapun kesalahan mereka adalah karena
selalu memainkan lagu - lagu The Beatles yang dianggap meracuni jiwa generasi muda
saat itu. Sebuah tuduhan tanpa dasar hukum dan cenderung mengada ada, mereka
dianggap memainkan musik "ngak ngek ngok" istilah Pemerintahan
berkuasa saat itu, musik yg cenderung imperialisme pro barat. Dari penjara
justru menghasilkan lagu-lagu yang sampai saat sekarang tetap menggetarkan,
"Didalam Bui", "jadikan aku dombamu", "to the so
called the guilties", dan "balada kamar 15". 29
September 1965,
sehari sebelum meletus G 30 S-PKI, mereka dibebaskan tanpa alasan yang
jelas.belakangan setelah Peristiwa itu berlalu,Koes Bersaudara yang masih hidup
dan menginjak usia tua melakukan testimoni di depan pemirsa acara talkshow KICK
ANDY (Metro TV)pada akhir 2008 bahwa di balik penangkapan mereka sebenarnya
pemerintahan Soekarno menugaskan mereka dalam sebuah operasi Kontra Intelejen
guna mendukung gerakan Ganyang Malaysia.
Dari Koes Bersaudara menjadi Koes
Plus
Dari
kelompok Koes Bersaudara ini lahir lagu-lagu yang sangat populer seperti “Bis
Sekolah”,“ Di Dalam Bui”, “Telaga Sunyi”, “Laguku Sendiri” dan masih banyak
lagi. Satu anggota Koes Bersaudara, Nomo Koeswoyo keluar dan digantikan Murry
sebagai drummer. Walaupun penggantian ini awalnya menimbulkan masalah
dalam diri salah satu personalnya yakni Yok yang keberatan dengan orang luar.
Nama Bersaudara seterusnya diganti dengan Plus, artinya plus orang luar: Murry.
Sebenarnya
lagu-lagu Koes Bersaudara lebih bagus dari segi harmonisasi ( seperti lagu
“Telaga Sunyi”, “Dewi Rindu” atau “Bis Sekolah”) dibanding lagu-lagu Koes Plus.
Saat itu Nomo, selain bermusik juga mempunya pekerjaan sampingan. Sementara
Tonny menghendaki totalitas dalam bermusik yang membuat Nomo harus memilih.
Akhirnya Koes Bersaudara harus berubah. Kelompok Koes Plus dimotori oleh
almarhum Tonny Koeswoyo (anggota tertua dari keluarga Koeswoyo). Koes Plus dan
Koes Bersaudara harus dicatat sebagai pelopor musik pop di Indonesia. Sulit
dibayangkan sejarah musik pop kita tanpa kehadiran Koes Bersaudara dan Koes
Plus.
Tradisi
membawakan lagu ciptaan sendiri adalah tradisi yang diciptakan Koes Bersaudara.
Kemudian tradisi ini dilanjutkan Koes Plus dengan album serial volume 1,
2 dan seterusnya. Begitu dibentuk, Koes Plus tidak langsung mendapat simpati
dari pecinta musik Indonesia. Piringan hitam album
pertamanya sempat ditolak beberapa toko kaset. Mereka bahkan mentertawakan lagu “Kelelawar” yang
sebenarnya asyik itu.
Kemudian
Murry sempat ngambek dan pergi ke Jember sambil
membagi-bagikan piringan hitam albumnya secara gratis pada teman-temannya. Dia
bekerja di pabrik gula
sekalian main band bersama Gombloh dalam grup musik Lemon Trees.
Tonny yang kemudian menyusul Murry untuk diajak kembali ke Jakarta. Baru
setelah lagu “Kelelawar” diputar di RRI orang lalu mencari-cari album pertama Koes Plus. Beberapa
waktu kemudian lewat lagu-lagunya “Derita”, “Kembali ke Jakarta”, “Malam Ini”,
“Bunga di Tepi Jalan” hingga lagu “Cinta Buta”, Koes Plus mendominasi musik
Indonesia waktu itu.
Kiblat Musik Pop Indonesia
Dengan
adanya tuntutan dari produser perusahaan rekaman maka group-group lain yang
“seangkatan” seperti Favourites, Panbers, Mercy's, D'Lloyd menjadikan Koes Plus
sebagai “kiblat”, sehingga group-group ini selalu meniru apa yang dilakukan
Koes Plus, pembuatan album di luar pop Indonesia, seperti pop melayu dan pop jawa menjadi trend
group-group lain setelah Koes Plus mengawalinya.
"Seandainya
kelompok ini lahir di Inggris atau AS bukan tidak mungkin akan menggeser
popularitas Beatles"[rujukan?]
“Lagu
Nusantara I” (Volume 5), “Oh Kasihku” (Volume 6), “Mari-Mari” (Volume 7),
“Diana” dan “Kolam Susu” ( Volume 8) merajai musik pop waktu itu. Puncak
kejayaan Koes Plus terjadi ketika mereka mengeluarkan album Volume 9 dengan
lagu yang sangat terkenal “Muda-Mudi” (yang diciptakan Koeswoyo, bapak dari
Tonny, Yon dan Yok). Disusul lagu “Bujangan” dan “Kapan-Kapan” dari volume 10.
Masih berlanjut dengan lagu “Nusantara V” dari album Volume 11 dan “Cinta Buta”
dari album Volume 12.
Bersamaan
dengan itu Koes Plus juga mengeluarkan album pop Jawa dengan lagu yang dikenal
dari tukang becak,
ibu-ibu rumah tangga, hinga anak-anak muda, yaitu “Tul Jaenak” dan “Ojo
Nelongso”. Belum lagi lagu mereka yang berirama melayu seperti “Mengapa”,
“Cinta Mulia” dan lagu keroncongnya yang berjudul “Penyanyi Tua”. Sayang sekali
di setiap album yang mereka keluarkan tidak ada dokumentasi bulan dan tahun,
sehingga susah melacak album tertentu dikeluarkan tahun berapa. Bahkan
tidak ada juga kata-kata pengantar lainnya. Album mereka baru direkam secara
teratur mulai volume VIII setelah ditandatangani kontrak dengan Remaco.
Sebelumnya perusahaan yang merekam album-album mereka adalah “Dimita”.
Pada
tahun 1972-1976 udara Indonesia
benar-benar dipenuhi oleh lagu-lagu Koes Plus. Baik radio atau orang pesta
selalu mengumandangkan lagu Koes Plus. Barangkali tidak ada orang-orang
Indonesia yang waktu itu masih berusia remaja yang tidak mengenal Koes Plus.
Kapan Koes Plus mengeluarkan album baru selalu ditunggu-tunggu pecinta Koes
Plus dan masyarakat umum.
Tahun
1972 Koes Plus sempat menjadi band terbaik dalam Jambore Band di Senayan. Semua
peserta menyanyikan lagu Barat berbahasa
Inggris. Hanya Koes Plus yang berani tampil beda dengan menyanyikan lagu
“Derita” dan “Manis dan Sayang”.
Rekor Album
Dari
informasi yang dikirim seorang penggemar Koes Plus, ternyata prestasi Koes Plus
memang luar biasa. Pada tahun 1974 Koes Plus mengeluarkan 22 album, yaitu terdiri dari album
lagu-lagu baru dan album-album "the best" termasuk album-album instrumentalia, yang dibuat
dari instrument asli Koes Plus atau rekaman "master" yang kemudian
diisi oleh permainan saxophone Albert Sumlang, seorang pemain dari group the
Mercy's. Jadi rata-rata mereka mengeluarkan 2 album dalam satu bulan. Tahun
1975 ada 6 album. Kemudian tahun 1976 mereka mengeluarkan 10 album. Mungkin
rekor ini pantas dicatat di dalam Guinness Book of
Record. Dan hebatnya, lagu-lagu mereka bukan lagu ‘asal jadi’, tetapi
memang hampir semua enak didengar. Bukti ini merupakan jawaban yang mujarab
karena banyak yang mengkritik lagu-lagu Koes Plus cuma mengandalkan “tiga
jurus”: kunci C-F-G.
Karena
banyak jasanya dalam pengembangan musik, masyarakat memberikan tanda
penghargaan terhadap prestasinya menjadi kelompok legendaris dengan
diberikannya tanda penghargaan melalui "Legend Basf Award, tahun 1992.Prestasi yang
dimiliki disamping masa pengabdiannya dibidang seni cukup lama, produk hasil
ciptaan lagunya pun juga memadai karena sejak tahun 1960 sampai sekarang
berhasil menciptakan 953 lagu yang terhimpun dalam 89 album. Prestasi hasil
ciptaan lagu untuk periode kelompok Koes Bersaudara sebanyak 203 lagu (dalam 17
album),sedang untuk periode kelompok Koes Plus sebanyak 750 lagu dalam 72 album
(Kompas,13
September 2001).
Salah
satu anggota Koes Plus mengatakan bahwa mereka dibayar sangat mahal pada masa
jayanya. Yon mengungkapkan bahwa pada tahun 1975 mereka manggung di Semarang.
"Waktu itu pada tahun 1975, kami telah dibayar Rp 3 juta saat pentas di
Semarang," kenang dia. Padahal, saat itu harga sebuah mobil Corona tahun 1975 kira-kira Rp
3,750 juta. Bila dikurs saat ini bayaran tersebut kurang lebih sama dengan Rp
150 juta.(Suara Merdeka, 4 Mei 2001)
Waktu
itu, Rp 3,5 juta sangat tinggi, mengingat mobil sedan baru Rp 3 juta. Jika
dikurskan dengan nilai uang sekarang, jumlah itu sama dengan Rp 200 juta sampai
Rp 300 juta. Jumlah penonton melimpah ruah tidak seperti sekarang, kenang Yon. (Suara Merdeka, 23 Oktober
2001).
Setelah
itu popularitas Koes Plus mulai redup. Mungkin karena generasi sudah berganti
dan selera musiknya berubah. Koes Plus vakum sementara dan Nomo masuk
lagi menggantikan Murry, sekitar akhir 1976-an. Koes Bersaudara terbentuk lagi
dan langsung ngetop dengan lagunya “Kembali” yang keluar tahun 1977. Murry bersama
groupnya Murry's Group juga cukup menggebrak dengan lagunya “Mamiku-papiku”.
Tidak bertahan lama tahun 1978 kembali terbentuk Koes Plus. Lagu barunya, “Pilih Satu”
juga langsung populer. Setelah itu keluar lagu “Cinta”, dengan aransemen orchestra, yang benar-benar
berbeda dengan lagu Koes Plus yang lain. Kemudian populer juga album melayu
mereka yang memuat lagu “Cubit-Cubitan” dan “Panah Asmara”. Tetapi Koes Plus
generasi ini tidak lagi sepopuler sebelumnya. Walaupun, kalau disimak lagu-lagu
yang lahir setelah 1978, masih banyak lagu mereka yang bagus.
Nasib
Koes Plus kini sangat tragis. Seperti kata Yon suatu ketika bahwa Koes Plus
hanya besar namanya tetapi tidak punya apa-apa. Ucapan ini memang pas untuk
mewakili keadaan personel Koes Plus. Mereka tidak mendapatkan uang dari hasil
penjualan kaset yang berisi lagu-lagu lama mereka. Tidak seperti para penyanyi/pemusik
masa kini yang gaya hidupnya “wah” karena dari segi finansial pendapatannya
sebagai penyanyi/pemusik cukup terjamin. Begitu juga bekas group-group tersohor
seperti Beatles,
atau Led
Zeppelin, mereka hidup dengan enak hanya dari royalti kaset/VCD/CD/DVD yang mereka hasilkan.
Sampai anak-anak dan istri mereka pun menikmati kelimpahan finansial ini.
Koes
Plus hanya dibayar sekali untuk setiap album yang dihasilkan. Tidak ada
royalti, tidak ada tambahan fee untuk setiap CD/kaset yang terjual. Maka
tidak heran ketika tahun 1992 Yon harus jualan batu akik
untuk menghidupi rumah tangganya. Sementara kaset dan CD lagunya masih laris
terjual di Indonesia. Sekarang pun di usianya yang ke-63 Yon dan kawan-kawan
(Murry beberapa kali tidak tampil karena sakit) membawa nama Koes Plus harus
manggung untuk mendapatkan uang. Dengan sisa-sisa suara dan kekuatannya mereka
harus menjual suara dan tenaganya. Yon memang tidak merasakan ini sebagai
beban. Dia bersyukur lagunya masih dicintai orang. Tetapi kita prihatin
mendengar kabar seperti ini.
Diskografi Koes Bersaudara
Album Koes Bersaudara
- Dara Manisku;Jangan Bersedih/Dewi Rindu;Si Kancil (Irama)
- Selamat Berpisah/Selalu (Irama)
- Harapanku / Kuduslah Tjintamu (7") (Irama NP-31)
- Pagi Yang Indah/Oh Kau Tahu (Irama)
- Angin Laut/Aku Rindukan Kasihmu (7") (Irama NP-33)
- Selalu / Awan Putih (7") (Irama NP-34)
- Bis Sekolah / Gadis Puri (7") (Irama NP-35)
- Aku Rindu / Sendja (7") (Irama NP-36)
- Kus Bersaudara (Dari Berpita;Untuk Ibu/Bintang Ketjil;Dipantai Bali)(Irama EP-61)
- Meraju Kalbu (Oh Kau Tahu;Pagi Yang Indah/Aku Rindu;Awan Putih)(EP)
- Angin Laut;Aku Rindukan Kasihmu/Bis Sekolah Gadis Puri (EP)
- Angin Laut (Koes Bersauadra 1962-1964) (LP) (Dara Manisku; Djangan Bersedih; Harapanku; Dewi Rindu; Bis Sekolah; Pagi Jang Indah/Si Kantjil; Oh Kau Tau; Telanga Sunji; Angin Laut; Sendja; Selamat Berpisah)(Irama LPI 17573)
- To The So Called "The Guilties" (Mesra)
- Djadikan Aku Domba Mu (Mesra MP-41)
- Dara Puspita / Kus Bersaudara - Pesta Pak Lurah;Halo Halo (Dara Puspita)/Ami;Senandung Malam Hari (Kus Bersaudara) EP) Irama EPLN-2)
- Koes Bersaudara Kembali (Remaco)
- Koes Bersaudara 86 Lagi Lagi Kamu
- Koes Bersaudara 87 Kau Datang Lagi
- Koes Bersaudara 87 Pop Jawa
- Koes Bersaudara 87 Pop Anak - Anak
- Koes Bersaudara 87 Happy Birthday
- Koes Bersaudara 87 Bossas
- Koes Bersaudara 87 Pop Batak
- Koes Bersaudara 88 Country Pop
- Koes Bersaudara Pop Batak Vol. 2
- Koes Bersaudara Pop Jawa
Diskografi Koes Plus
- Koes Plus Dheg-dheg Plas (Melody. LP-23)
- Natal bersama Koes Plus (EP) (Mesra. EP-97)
- Koes Plus Volume 2 (Mesra. LP-44)
- Koes Plus Volume 3 (Mesra. LP-48)
- Koes Plus Volume 4 Bunga Di Tepi Jalan (Mesra. LP-50)
- Koes Plus Volume 5 (Mesra. LP-51)
- Koes Plus Volume 6 (Mesra. LP-60)
- Koes Plus Volume 7 (Mesra. LP-65)
- Koes Plus Volume 8 (Remaco. RLL-187)
- Koes Plus Volume 9 (Remaco. RLL-208)
- Christmas Song (Remaco. RLL-210)
- Koes Plus Volume 10 (Remaco. RLL-209)
- Koes Plus Volume 11 (Remaco. RLL-301)
- Koes Plus Volume 12 (Remaco. RLL-302)
- Koes Plus Qasidah Volume 1 (Remaco. RLL-341)
- Natal bersama Koes Plus (LP) (Remaco. RLL-342)
- Koes Plus The Best Of Koes
- Koes Plus Pop Anak-Anak Volume 1 (Remaco. RLL-306)
- Koes Plus Another Song For You (Remaco. RLL-348)
- Koes Plus Pop Melayu Volume 1 (Remaco. RLL-314)
- Koes Plus Pop Melayu Volume 2 (Remaco. RLL-347)
- Koes Plus Pop Jawa Volume 1 (Remaco. RLL-248)
- Koes Plus Pop Jawa Volume 2 (Remaco. RLL-311)
- Koes Plus Pop Keroncong Volume 1 (Remaco. RLL-299)
- Koes Plus Pop Keroncong Volume 2 (Remaco. RLL-300)
- Koes Plus Volume 8 (Instrumental)
- Koes Plus Volume 9 (Instrumental)
- Koes Plus Volume 10 (Instrumental)
- Koes Plus Volume 11 (Instrumental)
- Koes Plus The Best Of Koes (Instrumental)
- Koes Plus Pop Jawa Vol 1 (Instrumental)
- Koes Plus Pop Jawa Vol 2 (Instrumental)
- Koes Plus Pop Melayu Volume 1 (Instrumental)
- Koes Plus Pop Keroncong Volume 1 (Intrumental)
- Koes Plus Volume 13 (Remaco. RLL-303)
- Koes Plus Volume 14 (Remaco. RLL-631)
- Koes Plus Selalu Dihatiku (Remaco. RLL-468)
- Koes Plus Pop Anak-Anak Volume 2 (Remaco. RLL-448)
- Koes Plus Pop Melayu Volume 3 (Remaco. RLL-390)
- Koes Plus Pop Jawa Volume 3
- Koes Plus Pop Melayu Volume 2 (Instrumental)
- Koes Plus In Concert (Remaco. RLL-635)
- Koes Plus History Of Koes Brothers (Remaco. RLL-715)
- Koes Plus In Hard Beat Volume 1 (Remaco. RLL-717)
- Koes Plus In Hard Beat Volume 2 (Remaco. RLL-768)
- Koes Plus In Folk Song Volume 1 (Remaco. RLL-)
- Koes Plus Pop Melayu Volume 4 (Remaco. RLL-730)
- Koes Plus Pop Keroncong Volume 3 (Remaco. RLL-388)
- Koes Plus Pop Jawa Melayu (Remaco. RLL-633)
- Koes Plus Volume 12 (Instrumental)
- Koes Plus Pop Jawa Volume 4
- Koes Plus 78 Bersama Lagi (Purnama. PLL-2061)
- Koes Plus 78 Melati Biru (Purnama. PLL-2077)
- Koes Plus 78 Pop Melayu Cubit-Cubitan (Purnama. PLL-3055)
- Koes Plus 79 Melepas Kerinduan (Purnama. PLL-323)
- Koes Plus 79 Berjumpa Lagi (Purnama. PLL-3040)
- Koes Plus 79 Aku Dan Kekasihku (Purnama. PLL-4022)
- Koes Plus 79 Pop Melayu Angin Bertiup (Purnama. PLL-4009)
- Koes Plus 80 Jeritan Hati (Remaco. PLL-4044)
- Koes Plus 81 Sederhana Bersamamu (Purnama. PLL-5091)
- Koes Plus 81 Asmara
- Koes Plus Medley 13 Th Karya Koes Plus
- Koes Plus 81 Pop Melayu Oke Boss
- Koes Plus Medley Dangdut 13 Th Karya Koes Plus
- Koes Plus 82 Koperasi Nusantara
- Koes Plus 81 Pop Keroncong
- Koes Plus 83 Da da da
- Koes Plus Re-Arrange I & II
- Koes Bersaudara Plus Garuda Pancasila
Album Koes
Plus 35 Tahun
- Koes Plus 84 Angin Senja & Geladak Hitam
- Koes Plus 84 Palapa
- Koes Plus Pop Memble 84 (Puspita Record)
- Koes Plus Album Nostalgia Platinum 1
- Koes Plus Album Nostalgia Platinum 2
- Koes Plus Album Nostalgia Platinum (Intrumental)
- Koes Plus 85 Ganja Kelabu
- Koes Plus 87 Cinta Di Balik Kota
- Koes Plus 87 Lembah Derita
- Milik Illahi
- Koes Plus "Aids"
- Koes Plus 88 Jumpa Pertama
- Koes Plus 88 Sakit
- Koes Plus "Reuni"
- Koes Plus 89 Nasib
- Koes Plus Kidung Jawa "Pit Kopat Kapit"
- Koes Plus 91 Asam Di Gunung Garam Di Laut
- Koes Plus Dangdut 91 Amelinda
- Koes Plus Reggae
- Koes Plus 93 Mata Bertemu Mata
- Koes Plus 93 Sedih
- Koes Plus "Tak Usah Kau Sesali"
- Koes Plus 95 Pantun Berkait
- Koes Plus Pop Melayu Putus Cinta
- Koes Plus Kasih 96
- Koes Plus Dores Rindu Kamu
- Koes Plus & Koes Bersaudara Disco House Music
- Koes Plus 98 Nusantara 2000
- Koes Plus Akustik
- Koes Plus 98 Takdir Kehidupanku
- Koes Plus Pop Keroncong Abadi
- Koes Plus Burung Dara
- Koes Plus Back To Basic
- Koes Plus Love Song Koes Plus (Billy J Budihardjo)
- Melaut Bersama Koes Plus
- Koes Plus Pembaharuan Song Of Porong
- Koes Plus Pembaharuan "Curiga"
- Dar Der Dor!