Minggu, 18 Maret 2012

SEJARAH JAKA TARUB

PENGANTAR PENULIS
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Taufik serta Hidayahnya. Sehingga pada kesempatan ini dapat kami persembahkan sebuah tulisan sejarah ringkas KI AGENG TARUB yang dimakamkan di desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tangah.
Sejarah ini berisi cerita tentang berbagai persoalan yang mampu menimbulkan daya khayal, daya kagum dan juga sekaligus daya kritik bagi masyarakat, mulai dari anak-anak yang seang tumbuh remaja sampai yah sudah dewasa.
Dalam Sejarah ini mengajarkan budi pekerti terselubung yang seolah-olah penuh rahasia, tetapi jika jeli dan pandai menangkap isi yang tersirat didalamnya serta mampu menangkap rahasia yang terselip dibalik sejarah tersebut, maka kita akan beruntung karena dapat menemukan nilai-nilai luhur peninggalan nenek moyang atau Leluhur kita yang sangat berharga ini.
Dalam Sejarah KI AGENG TARUB yang konon berhasil menikah dengan bidadari ini disajikan kepada para pembaca dengan tujuan agar generasi muda dapat mengenal suatu hal yang sebenarnya terjadi bukan hanya cerita fiktif belaka dan ini salah satu asset budaya bangsa kita yang patut kita uri-uri dan kita pelihara keberadaannya. Dari sejarah ini juga kita dapat memetik hikmah dan pelajaran yang berisi pendidikan Agama Islam dan juga pelajaran Budi Perkerti yang luhur dan nyaris punah dari hadapan kita ini.
Di satu sisi figur KI AGENG TARUB juga seorang tokoh di Tanah Pulau Jawa yang menurunkan tokoh-tokoh negarawan, dan tokoh-tokoh agama islam yang tersebar di seluruh tanah Jawa dan bahkan Nusantara tercinta ini.
   
              Penulis


                                                                                                  KRT. ASTONO ADIPURO

Situs makam KI AGENG TARUB ( JOKO TARUB ) walau banyak yang mengaku disana sini tapi disini penulis tetap berkeyakinan bahwa situs makam yang asli adalah Makam KI AGENG TARUB yang berada di esa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan    Propinsi Jawa Tengah.                          
Sebuah penelitian situs makam KI AGENG TARUB yang pernah dilakukan oleh Ibu AMBAR WIDYAWATI Alumnus UNES Tahun 2003 yang sekarang sebagai Pengajar di sebuah Sekolah Menengah Atas Negeri, sekitar 8 tahun lalu melakukan penelitian situs makam KI AGENG TARUB se EKS Karesidenan se Jawa Tengah beliau bersama mantan Dosennya Bapak SUKADARYANTO menuturkan ada 5 situs di jawa Tengah antara lain :
  1. Di Desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan.
  2. Di Desa Sani Kabupaten Pati.
  3. Di Desa Tarub Kabupaten Karanganyar.
  4. Di Desa Tarub Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal.
  5. Di Desa Bulupitu Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen.
Namun menurut beliau situs Makam Ki Ageng Tarub yang asli adalah situs makam yang berada di Desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan.
Disamping dari hasil penelitian yang dilakukan Ibu AMBAR tersebut untuk menambah keyakinan bahwa makam KI AGENG TARUB yang asli ada di Desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Grobogan adalah setiap tahun di laksanakan Haul Ki AGENG TARUB selalu di hadiri dari Jajaran Karaton Surakarta Hadiningrat seperti Gusti Kanjeng Ratu ( GKR ) Wandansari, Gusti Kanjeng Ratu ( GKR ) Ayu Koes Indriyah, GKR Galuh serta yang lainnya setiap beliau-beliau memberikan sambutan pasti mengatakan bahwa “ Disinilah letak Makam KI AGENG TARUB Leluhur Para Raja Tanah Jawa yang sebenarnya...!!!! kepada para hadirin.

SEJARAH SINGKAT KI AGENG TARUB
Kurang lebih pada tahun 1300 M ada utusan ( Mubaligh ) dari Arab yaitu Syeh Jumadil Kubro beliau mempunyai putri bernama Thobiroh dan Thobiroh mempunyai putra Syeh Maulana Maghribi. Pada saat itu beliau mendapat perintah untuk mengembangkan Syiar agama Islam di Tanah Jawa, karena pada saat itu orang-orang jawa masih memeluk agam Budha serta pada saat itu juga orang-orang jawa masih ahli dalam bertapa dalam hal mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, sehingga orang-orang Tanah Jawa banyak yang istilah jawa disebut “ Ora Tedhas Papak Palu ning Pande “ ( Kebal kulitnya terhadap senjata apapun ).
Kemudian Syeh Maulana Maghribi mulai memasukkan syariat Islam di tengah-tengah masyarakat Jawa dalam berKhalwat  untuk mendekatkan diri kepada ALLAH dengan cara bertapa pula sehingga seperti budaya masyarakat Jawa yang masih beragama budha  dengan maksud untuk menarik perhatian masyarakat jawa untuk bias memeluk agama Islam. Namun cara bertapa yang dilakukan oleh Syeh Maulana Maghribi lain dengan cara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa umumnya, Syeh Maulana Maghribi dalam bertapa dengan cara naik ke atas pohon dengan menggelantungkan badannya seperti kelelawar cara seperti ini oleh masyarakat Jawa disebut dengan bertapa Ngalong ( Kalong ) kemudian dalam bertapa Syeh Maulana Maghribi bertemu dengan putrid Bupati Tuban I yang bernama DEWI RETNO ROSO WULAN adik perempuan R. Sahid ( Sunan Kalijaga ). Yang saat itu Dewi Retno Roso Wulan diperintah oleh Ayahandanya Adipati Wilotikto untuk melakukan bertapa Ngidang dengan cara masuk hutan selama 7 tahun tidah boleh pulang dan tidak boleh makan kecuali makan daun-daun yang berada di hutan.
Perintah bertapa ini dilakukan oleh Dewi Retno Roso Wulan agar supaya cita-citanya untuk bertemu dengan kakaknya Raden Sahid dapat terwujud. Namun dalam proses pencarian R. Sahid berjalan ia bertemu dengan Syeh Maulana Maghribi, pertemuan ini terjadi pada saat masih menjalankan bertapa, dan dari pertemuannya ini  mereka terjalin  rasa saling mencintai dan saling ada kecocokan yang akhirnya menjadi suami istri . Pertemuan keduanya yang sudah menjadi suami istri, dilanjutkan dengan pulang ke Adipati Tuban untuk menghadap Ayahandanya, tetapi Dewi Retno Roso Wulan  yang sudah dalam keadaan hamil pulang seorang diri dan tidak bersama suaminya Syeh Maulana Maghribi. Sesampainya di Kadipaten Tuban Dewi Retno Roso Wulan ditanya oleh Ayahandanya “ Siapa Suamimu, sehingga kamu pulang dalam keadaan hamil? “
Saat ditanya Dewi Retno Roso Wulan diam tidak menjawab karena rasa takutnya kepada ayahandanya, akhirnya Dewi Retno Roso Wulan kembali ke hiutan untuk mencari suaminya yaitu Syeh Maulana Maghribi ayah dari anak yang dikandungnya itu. Ditengah perjalanannya Dewi Retno Roso Wulan melahirkan seorang bayi laki-laki yang keliahatan lucu, tempat dimana Dewi Retno Roso Wulan  melahirkan bayi itu sampai sekarang diberi nama Desa BABAR.
Setelah si Jabang bayi lahir niat untuk mencari Syeh Maulana Maghribi ayah dari bayi itu oleh Dewi Retno Roso Wulan tetap dilanjutkan dan saat mencari ayah si bayi Dewi Retno Roso Wulan masih dalam keadaan bertapa. Kemudian bayi di letakkan di Sendang ( Mata Air. Red ) dekat Syeh Maulana Maghribi bertapa diatas pohon Giyanti. Setelah melihat istrinya datang dengan bayinya Syeh Maulana Maghribi turun dari pertapaannya untuk menimang bayi yang putranya sendiri hasil pernikahannya dengan Dewi Retno Roso Wulan, entah ada rahasia apa yang kemudian bayi itu dibuatkan tempat yang sangat indah dan terbuat dari emas yang disebut BOKOR KENCONO.

Sementara itu Dewi Kasihan ditinggal wafat suami tercintanya yang bernama Aryo Pananggungan dan belum dikaruniai keturunan, karena sayangnya Dewi Kasihan terhadap suaminya walau sudah wafat setiap malam ia selalu menengok makam suaminya. Pada saat itu Syeh Maulan Maghribi membawa putranya yang telah dimasukkan ke Bokor Kencono kemudian diletakkan didekat makam Aryo Pananggungan tersebut.
Di malam itu juga kebetulan Dewi Kasihan keluar dari rumah menengok arah makam suaminya, ternyata didekat makam suaminya ada Bokor Kencono yang sangat indah tersebut dan ternyata didalamnya ada bayi yang sangat mungil dan sangat lucu.
Disaat itu pula Dewi Kasian sangat terperanjat hatinya ketika melihat si jabang bayi, lalu diambilnya jabang bayi itu lalu dibawa pulang. Kabar mengenai orang meninggal bias memberikan anak pada istri jandanya telah tersiar sampai kepelosok negeri.
Masyarakat berbondong-bondong ingin melihat kebenaran berita tersebut. Akhirnya Dewi Kasihan yang semula tidak memiliki harta benda namun dengan adanya kabar tersebut yang bisa mendatangkan banyak orang dan banyak memberikan uluran tangan kepada Dewi Kasihan sehingga lambat laun Dewi Kasihan menjadi kaya raya  berkat uluran tangan dari orang-orang yang dating melihat bayi tersebut. Jabang bayi tersebut oleh Dewi Kasihan diberi nama JOKO TARUB.
Nama JOKO TARUB diambil dari kata TARUBAN yang diatas makam suaminya, karena saat jabang bayi diambil Dewi Kasihan berada diatas makam ARYA PENANGGUNGAN atau suaminya, dimana makam tersebut dibuat bangunan TARUBAN.
Pada usia kanak-kanak JOKO TARUBmempunyai kegemaran menangkap kupu-kupu di lading, setelah dewasa JOKO TARUB mulai berani masuk hutan untuk mencari burung-burung dihutan pada suatu saat Joko Tarub sedang mencari burung dihutan Joko Tarub bertemu dengan orang tua yang memberikan bimbingan ilmu Agama dan diberi aji-aji ( Pusaka. Red ) yang diberi nama “ TULUP TUNJUNG LANANG “.
Diwaktu mendapat pusaka berupa tulup tersebut JokoTarub langsung bergegas pulang untuk menyampaikan berita tersebut kepada ibu asuhnya yakni Dewi Kasian,selain itu juga Joko Tarub bercerita bahwa di tengah hutan Joko Tarub telah berjumpa dengan orang yang sudah sangat tua, dalam pertemuannya itulah Joko Tarub diberi Pusaka berupa sebuah TULUP ( Sumpit. Red ) yang diberi nama “ TULUP TUNJUNG LANANG “, mengingat rasa sayangnya kepada Joko Tarub anak satu-satunya Dewi Kasihan tidak memperbolehkan lagi Joko Tarub pergi ke hutan untuk mencari burung, mereka khawatir kalua anak satu-satunya ini diterkam binatang buas atau dibunuh orang yang tidak senang dengan Joko Tarub. Namun Joko Tarub tidak takut lebih-lebih sekarang dia telah memiliki bekal pusaka Tulup Tunjung Lanang, maka Joko Tarub masih saja senang masuk hutan untuk berburukususnya burung-burung.
Kebiasaan berburu burung tetap saja dilakukan oleh Joko Tarub sehingga pada suatu ketika saat Joko Tarub sampai di atas pegunungan, dia mendengar suara burung perkutut yang sangat indah sekali suaranya. Kemudian pelan-pelan Joko Tarub mendekati arah suara burung perkutut itu berada, setelah menemukannya langsung Joko Tarub melepaskan anak tulup itu kearah burung tersebut, namun usahanya gagal. Dan kegagalannya itu membuat si Joko Tarub berfiki dan beranggapan bahwa burung Perkutut itu pasti bukan sembarang burung atau bukan burung Perkutut biasa.
Usaha berburu burung dilanjutkan hingga terdengar lagi suara burung dari arah selatan, kemudian dia dekati lagi dengan sangat pelan-pelan lalu dilepaskannya lagi anak tulup kearah burung tersebut, akan tetapi tidak mengenainya lagi dan ternyata anak tulup justru mengenai dahan pohon jati dimana burung perkutut itu hinggap dan bersuara. Dan tempat yang ditinggalkan burung perkutut tadi sekarang diberi nama “ KARANG GETAS “.
Usaha berburu burung selalu gagal sehingga Joko Tarub merasa sedih, karena kesedihannya maka Joko Tarub memberinya nama “ DUKUH SEDAH “.
Kemudian terdengar lagi suara burung dari arah yang sama didekati dengan pelan-pelan dan pada posisi yang strategis dan burung dalam keadaan terpojok, maka anak
Tulup pun kembali dilepaskan namun tidak kena lagi dan burung pun terbang kea rah selatan lagi, dan tempat tersebut diberi nama “ DUKUH POJOK “. Akan tetapi Si Joko Tarub pemuda yang tidah mudah putus asa maka upaya memburu burung perkutut tadi terus saja dilakukan. Burung perkutut yang dia buru tadi terbang kea rah selatan terus dan hinggap di sebuah pohon asam, Joko Tarub selalu berusaha melepaskan anak tulupnya kearah burung tersebut akan tetapi usahanya selalu gagal dan burung itu terbang lagi menuju arah selatan terus. Dan tempat burung perkutut hinggap di pohon asam tadi dan tempat yang ditinggalkan diberi nama “ DUKUH KARANGASEM “
Sambil mengejar burung perkutut yang selaluterbang menuju arah selatan Joko tarub sambil merenungi burung tersebut, dalam ucapannya mengatakan ini burung yang wajar ataukah burung yang merupakan godaan? Dan tempat Joko Tarub merenungkan burung tersebut maka diberi nama “ DUKUH GODAN”. Setelah merenung sesaat lantas Joko Tarub kembali bergegas untuk mengejar burung buruannya tadi yang menuju kea rah selatan dan terus keselatan, dan tempat melihat burung terbang menuju arah selatan Joko Tarub memberikan nama “ DUKUH JENTIR”.
Karena kemauannya yang keras Joko Tarub terus berusaha mengejar dan melacak kea rah selatan dimana burung perkutut tadi terbang, ketika saat pencariannya Joko Tarub tiba disuatu tempat yakni SENDANG TELOGO dan di tepi sendang itu Joko Tarub Menancapkan Tulup Pusakanya, karena saat itu tiba waktunya Sholat Dzuhur, sambil istirahat Joko Tarub menuju kearah sendang untuk mengambil air wudlu untuk Sholat Dzuhur. Disaat Joko Tarub berwudlu tiba-tiba datanglah bidadari untuk mandi, saat itu pula ada salah satu pakain dari bidadari yng diletakkan diatas Tulup Pusaka Joko Tarub yang sedang ditancapkan ditepi sendang, setelah habis wudlu dan sholat dzuhur Joko Tarub langsung pulang tanpa membawa buah hasil buruannya kemudian sesampainya dirumah Joko tarub laporan kepada ibunya sambil berkata “ Ibunda saya berburu hari ini tidak mendapatkan satu burung pun, akantetapi saya hanya mendapatkan pakain perempuan yang ditaruh diatas tulup saya dan dia sedang mandi di SENDANG TELAGA……”
Tanpa banyak bertanya sang Ibu langsung menyimpan pakaian tersebut di ruang kusus untuk menumpuk padi ( Lumbung.red ), kemudian Joko Tarub bergegas kembali lagi ke sendang dengan membawa pakaina ibunya, setelah sampai di dekat sendang ternyata para bidadari sudah terbang, dan masih ada yang tertinggal satu bidadari yang masih berada di tepi sendang Telogo dengan menangis sedih sambil berkata “ Sopo sing biso nulung aku, yen wadon dadi sedulur sinoro wedi, yen kakung tak dadekke bojoku “ artinya “ Barang siapa yang bis menolong aku jika dia perempuan aku jadikan saudaraku dan jika dia laki-laki maka akan saya jadikan suami” disaat itu Joko Tarub mendekat di bawah pohon sambil melontarkan pakaian ibunya tadi, setelah berpakaian bidadari itu langsung diajak pulang ke rumah ibunya dan disampaikan kepada ibunya bahwa putrid ini adalah putri Sendang Telogo.
Sesuai dengan Ikrar atau janji sang bidadari yang menyatakan “ Sopo sing biso nulung aku, yen wadon dadi sedulur sinoro wedi, yen kakung tak dadekke bojoku “, akhirnya Joko Tarub menikah dengan bidadari yang bernama DEWI NAWANG WULAN. Adapun sendang yang digunakan untuk mandi bidadari diberi nama “ SENDANG TELOGO BIDADARI “ yang berada di DUKUH SREMAN desa POJOK Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Tanah Sendang Telaga Bidadari tersebut milik Keraton SURAKARTA HAININGRAT atau disebut TANAH PERDIKAN, dan sampai saat ini lokasi Sendang Bidadari oleh masyarakat masih dikeramatkan kususnya pada malam 10 Muharam.
Setelah Joko Tarub menikah dengan Dewi Nawang Wulan mendapat gelar KI AGENG atau SUNAN TARUB, beliau menyebarkan Agama islam untuk meneruskan perjuangan ayahandanya yakni Syekh Maulana Maghribi. Dalam pernikahannya beliau dikaruniai seorang keturunan yang diberi nama DEWI NAWANGSIH.
Pada saat masih bayi Dewi Nawangsih mengalami riwayat yang sangat hebat. Dikala Dewi Nawangsih di ayunan, ibunya hendak berangkat mencuci pakaian disungai yang terletak tidak begitu jauh dari rumah kediaman Ki Sunan Tarub berpesan kepada suaminya yakni Ki Ageng Tarub agar mengayun putrinya yang sedang terlelap tidur dan jangan sampai membuka KEKEP ( penutup dandang.red). Berangkatlah Dewi Nawang Wulan untuk mencuci pakaian ke sungai, namun setelah Dewi Nawang Wulan pergi kesuangai rasa ingin tahu Ki Ageng Tarub terhadap pesan istrinya timbul dan semakin penasaran apa yang sebenarnya dimasak oleh istrinya sampai beliau berpesan seperti itu,
kemudian diam-diam Ki Ageng Tarub membuka kekep itu, setelah melihat yang ada dalam kukusan beliau sangat terkejut ternyata yang dimasak istrinya hanyalah seuntai padi. Tidak lama kemudian Dewi Nawang Wulan dating dan langsung membuka masakan tersebut dan ternyata masakan masih utuh berupa padi untaian.
Kemudian Dewi Nawang Wulan bertanya kepada suaminya “ Apakah Ki Ageng membuka kekep itu? “ Dengan jujur Ki Ageng Tarub menjawab “ Ya memang aku membukanya istriku”
Melihat kejadian itu Dewi Nawang Wulan menyadari sehingga beliau meminta kepada Ki Ageng Tarub untuk dibuatkan peralatan dapur yang berupa Lesung, Alu dan Tampah.
Setelah kejadian itu Dewi Nawang Wulan sebelum memasak beras untuk menjadi nasi harus menumbuk padi terlebih dahulu, sehingga lambat laun padi yang berada di lumbung semakin lama semakin habis. Setelah tumpukan padi semakin menipis dan sampai tumpukan yang paling bawah yaitu padi ketan hitam ternyata ada pakainnya yang dulu hilang disaat mandi diletakkan di tepi telaga diatas tulup Jaka Tarub yang kemudian diberikan kepada diberikan kepada ibu Jaka Tarub dan oleh ibu Jaka Tarub diletakkan di bawah tumpukan padi kemudian diambilnya pakaian tersebut oleh Dwi Nawang Wulan dan terus menghadap Jaka Tarub.
Dengan diketemukan pakaian Dewi Nawang Wulan timbullah niat Dewi Nawang Wulan untuk kembali ke asalnya yaitu alam Kawidodaren ( Alam Bidadari ).
Dewi Nawang Wulan sebelum pergi  berpesan kepada suaminya si Jaka Tarub, bila putrinya menangis minta disusui agar diletakkan di depan rumah di atas anjang-anjang.
Sesampainya di alam kawidodaren, Dewi Nawang Wulan tidak diterima oleh Ayahandanya karena telah dianggap melanggar Pranatan ( Peraturan. Red ) yang ada di alam kawidodaren, sehingga Dewi Nawang Wulan berniat menuju ke Laut Selatan, sesampainya di Laut Selatan Dewi Nawang Wulan berperang dengan Nyai Roro Kidul sebagai penguasa laut selatan dan akhirnya Nyai Roro Kidul mampu di taklukkan oleh Dewi Nawang Wulan dan akhirnya Laut Selatan menjadi kekuasaan Dewi Nawang Wulan dan Nyai Roro Kidul menjadi Punggawa Dewi Nawang Wulan.
Pada waktu itu kerajaan Majapahit diperintah oleh Prabu Brawijaya V. Sepeninggal permaisuri sang prabu sakit dan tidak mau menduduki kursi kerajaan. Suatu malam sang Prabu bermimpi bila sakitnya ingin sembuh Sang Prabu harus mengawini PUTRI WIRI KUNING, kemudian sang Prabu terbangun dari tidurnya dan memanggil Sang Patih kemudian sang Patih diperintah untuk mengumpulkan semua putrid-putri yang ada di Kerajaan. Setelah putri-putri dikumpulkan oleh sang patih setiap putrid diteliti dan dicocokkan dengan impian sang Prabu. Setelah diteliti satu per satu dan dicocokkan dengan impian sang Prabu ternyata Putri Wiri Kuning adalah pembantu sang Prabu sendiri, kemudian pembantunya di sunting dan di peristri oleh sang Prabu. Dan tidak begitu lama dari Pernikahan sang Prabu dengan Dewi Wiri Kuning nampaklah tanda-tanda kehamilan Dewi Wiri Kuning dan waktu terus berjalan hingga tiba waktunya lahirlah seorang jabang bayi, kemudian sang Prabu memanggil Ki Juru Martani untuk mengasuh dan mendidik bayi tersebut.
Jabang bayi yang telah diserahkan Prabu Brawijaya V kepada Ki Juru Martani adalah seorang anak laki-laki kemudian diberi nama BONDAN KEJAWAN, suatu saat ketika Bondan Kejawan sudah tumbuh semakin besar, tahu bahwa ayah asuhnya hendak membayar pajak ( upeti ) ke Kerajaan majapahit dan saat itu pula Bondan Kejawan juga mendengar ayahnya hendak pergi ke Kerajaan maka Bondan Kejawan berniat akan ikut ayah asuhnya ke Kerajaan, namun oleh ayah asuhnya tidak diijinkan untuk ikut karena dianggap masih terlalu anak-anak takut mengganggu pisowanan ayah asuhnya di Kerajaan.
Dengan tidak diperbolehkannya Bondan Kejawan mengikuti ayah asuhnya pergi ke Kerajaan, Bondan Kejawan nekat lari dulu dan sampailah Bondan Kejawan di Kerajaan Majapahit. Sesampainya di Kerajaan Bondan Kejawan langsung masuk Keraton dan langsung naik di atas kursi Raja, kemudian menabuh bende ( Gong. Red ). Mendengar bende Kerajaan berbunyi Sang Prabu sangat marah kemudian anak itu di tangkap dan dan kemudian dimasukkan ke dalam sel penjara Kerajaan.
Tidak begitu lama dari kejadian itu  kemudian datanglah Ki Juru Martani dengan membawa padi yang digunakan untuk membayar Upeti , selesai membayar upeti          ( pajak ) kemudia Ki Juru Martani menghadap baginda raja Sang Prabu Brawijaya V dan menanyakan anak kecil yang masuk di kerajaan dan membunyikan bende kerajaan,
kemudian diberitahukan kepada Sang Prabu bahwa anak tersebut diberi nama Bondan Kejawan adalah putra Sang Prabu Brawijaya sendiri yang diasuh oleh Ki Juru Martani.
Sang Prabu sedikit terkejut kemudian memanggil anak kecil tersebut sambil membawa cermin untuk melihat wajah Sang Prabu Sendiri, setelah melihat anak tersebut dan bercermin ternyata raut wajah BONDAN KEJAWAN mirip sekali dengan Raut wajah Sang Prabu Brawijaya V sendiri. Sang Prabu Brawijaya V baru yakin dan percaya bahwa anak tersebut ternyata puteranya sendiri. Selanjutnya Ki Juru Martani diperintah Sang Prabu untuk mengantarkan puteranya kepada saudaranya yaitu Ki Ageng Tarub, agar puteranya diasuh dan dididik agama Islam oleh Ki Ageng Tarub.
Dengan pendidikan ilmu agam islam dan budi pekerti dari Ki Ageng Tarub, maka BONDAN KEJAWAN tumbuh sebagai anak dewasa yang menguasai banyak hal termasuk ajaran agama Islam. Dengan tingkah laku dan budi pekerti yang baik, pengetahuan yang luas serta kepribadian yang matang, timbullah niat BONDAN KEJAWAN untuk berumah tangga.
Karena Bondan Kejawan sudah dewasa menurut Ki Ageng Tarub dia memiliki kepribadian yang baik maka dijodohkan dengan putre Ki Ageng Tarub sendiri yakni Dewi Nawangsih, dan oleh Ki Ageng Tarub BONDAN KEJAWAN disuruh untuk melanjutkan perjuangannya mengembangkan ilmu dan ajaran agama islam.
Dari Pernikahan Bondan Kejawan dengan Dewi Nawangsih beliau dikaruniai keturunan yang di beri nama KI AGENG GETAS PENDOWO, dan kemudian setelah menikah KI AGENG GETAS PENDOWO dikaruniai putera di beri nama KI AGENG SELO ( SYECH ABDURROHMAN ), dari beliaulah terlahir Raja-raja besar di Tanah Jawa.
Setelah KI AGENG TARUB wafat kemudian di makamkan di Desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Dan sampai sekarang makam KI AGENG TARUB banyak di kunjungi para pelaku spiritual yang Ziarah disana dari berbagai daerah di seluruh wilayah Negara Indonesia, bahkan di setiap Tahunnya masih rutin dilaksanakan acara Ritual HAUL KI AGENG TARUB yang selalu dihadiri dari Punggawa Keraton Surakarta Hadiningrat.
Adapun tepatnya Haul Ki Ageng Tarub dilaksanakan tepat tanggal 15 Syafar disetiap tahunnya, adapun acara bulanan rutin berupa Dzikir dan Istigotsah bersama dilaksanakan pada setiap malam Purnama ( tanggal 14 Purnama ).
Demikian sekilas sejarah singkat KI AGENG TARUB yang dapat kami sajikan semoga dengan tulisan ini dapat bermanfaat dan dapat dipahami tentang siapa JOKO TARUB dan dimana Makam JOKO TARUB? Sebelumnya kami mohon maaf apabila dalam tulisan ini masih banyak kekurangan-kekurangannya.


                Penyusun
Juru Kunci Makam Ki Ageng Tarub
         KRT. PRIYO ASTONO ADIPURO

Penyunting :
KRT. Priyohadinagoro

| Mau Baca Yang Lain?? |

0 komentar:

Posting Komentar

SMS 100 % GRATIS


KALAU PULSA NIPIS MAU SMSAN GRATIS ALL OPERATOR KLIK GAMBAR DIATAS
ATAU KLIK TULISAN DIBAWAH INI : AYO MULAI SMSAN GRATIIISSSSS....